Kawasan JOGLOSEMAR (Jogja – Solo dan Semarang) merupakan segitiga pertumbuhan strategis di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang memiliki potensi dan peran dalam mendorong pertumbuhan pembangunan di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Kawasan JOGLOSEMAR dalam perspektif kepariwisataan juga telah menjadi salah satu kawasan prioritas nasional yang di dorong pengembangannya untuk menjadi salah satu penggerak kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia, serta kawasan Jawa Tengah dan DIY pada umumnya.
Sebagai Kawasan strategis dalam pengembangan kepariwisataan, JOGLOSEMAR ditopang oleh keberadaan Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, maupun situs percandian lainnya, Keraton-keraton di Yogyakarta dan Solo, Situs Sangiran, kawasan pegunungan (Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Telomoyo, Prau, Ungaran), Kota Lama, Situs Perkereta-apian, perkebunan dan sebagainya. Borobudur (tahun 1991) dan Prambanan (tahun 1991) yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia menjadi icon penting yang menggerakkan kepariwisataan di kawasan JOGLOSEMAR ini.
Potensi aset kepariwisataan yang sangat besar di kawasan JOGLOSEMAR serta perkembangan kepariwisataan yang sudah berjalan saat ini apabila dibandingkan dengan peluang yang dapat diraih dalam konteks kepariwisataan secara makro nasional dan juga global dapat dikatakan relatif masih rendah dan belum optimal. Oleh karena itu, penetapan kawasan JOGLOSEMAR dalam prioritas pembangunan kepariwisataan nasional merupakan kebijakan penting dan strategis, serta membutuhkan strategi pengembangan jejaring yang utuh dan komplementer diantara ketiga simpul tersebut sehingga akan menciptakan satu destinasi wisata yang strategis dan memiliki daya saing di Pulau Jawa bahkan ditingkat nasional.
SINERGI BUMN DALAM AKSELERASI KEPARIWISATAAN JOGLOSEMAR
Dalam rangka turut mendukung akselerasi pembangunan kepariwisataan nasional, serta mendorong tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di kawasan JOGLOSEMAR, Kementerian BUMN mengembangkan program SINERGI BUMN bidang Kepariwisataan yang difokuskan di wilayah JOGLOSEMAR sebagai model pengembangan. Dalam kaitan ini, Kementerian BUMN menunjuk PT. TWC untuk menggalang dan mewujudkan sinergi BUMN-BUMN yang lain, dalam rangka pengelolaan aset kepariwisataan untuk bersama-sama mempromosikan dan meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke wilayah JOGLOSEMAR khususnya.
Sinergi BUMN dalam pengembangan JOGLOSEMAR akan melibatkan kolaborasi dari segenap unsur BUMN dengan aset-aset yang dimilikinya dalam mendukung pengembangan kepariwisataan, baik dalam pengembangan daya tarik wisata, pengembangan aksesibilitas dan konektivitas, pengembangan amenitas, pengembangan promosi dan pemasaran, konservasi sumber daya wisata, serta pemberdayaan masyarakat.
Dengan demikian berbagai BUMN akan menjadi bagian dari program ini, baik itu pengelola destinasi/aset daya tarik wisata (antara lain: PT. TWC, PT. PTPN IX, PT. Perhutani, PT. KAI), pengelola jasa dan pendukung aksesibilitas/ konektivitas (antara lain: Garuda Indonesia, Citilink, PT. KAI, PT. Pelni, PT. Damri, PT. Pelindo, PT. Angkasa Pura I), pengelola jasa amenitas/akomodasi (antara lain : Hotel Indonesia Natour, Aerowisata, PatraJasa, ); SDM, IT, Pemasaran, Desa bina dan bidang-bidang terkait lainnya.
Melalui SINERGI BUMN dalam pengembangan kepariwisataan dan program kolaborasi yang akan dilaksanakan oleh segenap unsur BUMN terkait tersebut, diharapkan dapat mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan kepariwisataan yang signifikan di kawasan JOGLOSEMAR. Sinergi BUMN bidang pariwisata di JOGLOSEMAR ini diharapkan akan menjadi salah satu instrumen penting dalam mewujudkan target pencapaian kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 2 juta wisman di tahun 2019 di kawasan ini dengan magnet utama Candi Borobudur.
Dengan demikian dampak positif ekonomi pariwisata yang tercipta akan secara efektif mendorong pembangunan wilayah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.